Sabtu, 20 Februari 2016

Syekh Abu Madyan al-Maghribi


Syekh Abu Madyan al-Maghribi

Syaikh Abu Madyan al-Maghribi r.a berkata,”Jika kau kosong dari rasa rindu, kau pasti tertinggal. Jika kau putus asa, pasti kau kehilangan cinta.” 

Barangkali bagi kita yg menetap di kawasan Asia Tenggara tak banyak mengenal wali besar kawasan Barat yg bernama Abu Madyan tersebut, karena pengaruh Syekh Abdul Qadir Jailani yg hidup sezaman dengannya lebih dominan di sini. Sesungguhnya Abu Madyan adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah Tasawuf yg membentuk lanskap ruhani di kawasan maghribi.

Dalam al-Ma‘azi disebutkan bahwa ia adalah al-Syaikh al-Arif, al-Shiddiq al-Akbar, Abu Madyan Syu‘aib ibn al-Husain al-Anshari. Ia berasal dari Qutniyanah Sevilla. Ia tinggal beberapa lama di Jayy, dan kemudian mengajak para pengikutnya pindah ke Marakis. Ia meninggal dunia sebelum tiba di tempat tujuannya, dan dimakamkan di dekat kota itu pada tahun 580 H. yang lain berpendapat bahwa ia meninggal di lembah dekat Tilmisan yang pernah ia datangi pada 594 H. Sebagian mengatakan ia pernah ke sana pada 588 H. Namun, pendapat pertama lebih populer. Ia dikebumikan di daerah Abad, dekat Tilmisan. Pendapat ini di antaranya dituturkan oleh al-Tadili.



Abu al-Shabr Ayyub ibn Abdillah al-Fihri ketika memperkenalkan Syekh Abu Madyan berkata, “Ia seorang zahid yang mulia, warak, dan berpengetahuan luas. Ia mengarungi lautan ahwal (kondisi ruhani) serta mendapatkan berbagai rahasia makrifat, terutama maqam tawakal. Tidak ada yang sama dengannya dan jejaknya dikenal banyak orang.” Dalam kesempatan lain ia mengatakan, “Pengetahuannya luas, selalu menjaga murâqabah, sehingga keadaan itu menjadi salah satu cirinya.”

Abu Madyan, yang diyakini menempati peringat Qutb al-Awliya al-Ghauts al-Adhim, juga diakui sebagai Syaikh al-Masyayikh (Gurunya para guru). Beliau hidup sezaman dengan Wali agung lainnya, Syekh IBN ‘ARABI, dan bahkan Ibn Arabi berguru kepadanya secara spiritual, karena keduanya tidak pernah bertemu secara fisik – tetapi Syekh Ibn ‘Arabi sempat menziarahi makamnya di Tlemcen. Syekh Abu Madyan ini juga mempunyai murid lain yang kelak juga menjadi Qutub, Syekh ABDUS SALAM IBN MASYISY, guru dari Syekh Abu Hasan Syadzili, pendiri tarekat Syadiziliyyah. Abu Madyan boleh dikatakan telah membentuk kecenderungan utama aliran Tasawuf di kawasan maghribi.

Syekh Abu Madyan pertama kali dibaiat ke jalan Sufi oleh Syekh Abdullah al-Daqaq, seorang sufi eksentrik yang sering berkeliaran di jalan-jalan dan berteriak mengaku-aku dirinya Wali Allah, dan oleh Syekh Abu Hasan al-Salawi, seorang sufi misterius. Kepada Syekh al-Daqqaq, seorang Wali Allah yang aneh dan luar biasa, Abu Madyan mendalami kandungan kitab Tasawuf penting, ar-Risalah karya ABU AL-QASIM AL-QUSYAIRI. Syekh Abu Madyan juga berteman dan berguru kepada Syekh AHMAD RIFA’I, seorang Wali Qutub pendiri Tarekat Rifa’iyyah di Irak. (https://b00kmark.wordpress.com/2010/07/21/sejarah-tasawuf-09/)

Melalui jalur Abu Madyan inilah di kawasan maghribi muncul sufi-sufi besar yg menjadi poros utama kewalian di kawasan maghribi dan sekitarnya. Syekh Ahmad Rifa'i, guru dari Syekh A"uMadyan, juga dikenal sebagai sufi yg eksentrik. Pengikut Tarekat Rifaiyyah belakangan lebih dikenal karena kekuatan dan keajaiban-keajaiban mereka, seperti kebal senjata,kebal racun dan sebagainya. Tentu saja, efek-efek ini menyebabkan tarekat ini rawandiselewengkan oleh orang-orang yg tidak bertanggung jawba, sehingga sebagian sufi secarategas mengecam penyimpangan tersebut tersebut. 2amun apapun penyelewengan itu, ajaran danamalan Syekh Ahmad Rifai sesungguhnya adalah amalan tarekat yang mu'tabar, atau sesuaidengan Qur'an dan Sunnah Nabi SAW.

Syekh Abu Madyan al-Magribi adalah salah satu sufi Andalusia paling di hormati dan berpengaruh pada masanya.Butir-butir hikmah yang teruntai dalam setiap kalimatnya menuntun kita untuk menemukan mutiara-mutiara hakikat, sehingga kita bisa melihat kenyataan dengan lensa iman, sadar akan kesementaraaan dunia dan tidak mencintai dunia melebihi cinta pada Sang Khalik, dan bergegas menuju dan mengejar keabadian di akhirat. 

Syekh Abu Madyan al-Magribi berkata : jika kau ingin menjadi hamba, saksikanlah amalmu dengan pandangan riya, saksikan ahwalmu dengan pandangan pengakuan, dan saksikan ucapanmu dengan pandangan dusta. Hikmah dari untaian kata itu menjelaskan bahwa melihat amal dengan pandangan riya bisa menjadikan diri tidak merasa berpuas diri dengan amalnya. Rasa tidak puas itu merupakan pangkal ibadah. 

Ungkapan senada juga disampaikan oleh Ibnu Athaillh dalam al-Hikam karyanya “Pangkal segala maksiat, kelalaian, dan syahwat adalah kepuasan diri. Sebaliknya, pangkal ketaatan, kesadaran, dan kemuliaan adalah perasaan tidak puas terhadap kondisi diri. Bersahabat dengan orang bodoh yang tidak puas dengan kondisi dirinya lebih baik daripada menemani orang berilmu yang puas dirinya.”.

Dalam untaikan kata hikmah lainnya Syekh Abu Madyan al-Magribi mengatakan ada tiga orang yang paling berbahaya dalam hidup ini. Beliau berujar; bahaya paling besar adalah berguru kepada ulama yang lalai, sufi yang bodoh, atau penasihat yang penjilat.


(dikutip dari berbagai sumber...google) 










Komentar