Kedai Kopi Vs Kedai Sufi
Dengan tersenyum mesam mesem, dan dengan asyik membaca salah satu artikel dari http://www.sufinews.com. Dimana paragraf awal sedikit mengelitik ;
Dengan tersenyum mesam mesem, dan dengan asyik membaca salah satu artikel dari http://www.sufinews.com. Dimana paragraf awal sedikit mengelitik ;
“Bagaimana jadinya kalau
kedai kopi menjadi tempat obrolan-obrolan sufistik ? Ya. Tentu kedai itu akan mengubah tradisi kedai sebagai
tempat jagongan para berandalan, menjadi sumber kreativitas pikiran- pikiran
nakal sufistik. Kedai
Sufi adalah kedai yang dihadirkan oleh penulis buku ini, untuk menjadi
pelototan mereguk substansi soal hidup yang kentekstual dengan jaman ini”
Asyik juga pikirku. Sambil menyeruput secangkir
kopi kita membahas sesuatu yang berbeda dari biasanya, keluar dari
kungkungan dan lingkaran ego. Oh ya.. di
daerahku banyak bertebaran kedai-kedai kopi baru. Seolah jadi Tren usaha. Semua
pada ikutan buka usaha yang sama. Layaknya seperti musim buah. Bila waktunya
tiba maka ramai yang jual. Dan kemudian seleksi alam tidak dapat dihindari. Yang
kuat yang bertahan. Hehehe.. ini diluar konteks diatas ya... Sebab berbicara SUFI
Dimana Allah SWT adalah segala
galanya. Maksudnya yang sederhana Rezeki udah ada yang ngatur.
Nah.. kembali ke konsep kedai sufi.. (untuk nama kedai bagus juga) .
dimana mengubah tradisi sebuah kedai kopi yang umumnya tempat nongkrongnya para
politisi sampai tukang jual kambing. Dan obrolanya berkisar masalah Politik dan
bisnis. Maka mengubah konteks obrolan adalah sangat memungkinkan. Sebab tradisi
ngobrol sampe pagi udah ada, tinggal siapa yang memulainya.
Sebenarnya kegairahan anak-anak muda yang
tergabunga dalam organisasi islam, Majelis majelis Dzikir harusnya memulai
langkah ini. Modal yang sudah ada yakni Kebiasan begadang dan minum kopi. Tinggal
mengusung tema-tema sufistik. Maka pembicaraan akan mengalir.. sampai adzan
subuh. Karna yang saya tau berbicara tasauf itu mengasikan. Sampe sampe lupa
waktu.
Bisa juga nggak pake tema-tema segala, biarlah
tercetus apa adanya..pokoknya bicara.., Cuma bila tak ada koridor (wasit seperti
Pak kyai ataw pak ustad), resiko tergelincir sangat besar.
Indah membayangkan ini.. semoga bias Kedai Sufi
dapat mengilhami pembaca budiman. Konsepnya terserah anda. Yang intinya
meyebarkan ilmu dan menjadi berkah bagi semua. Sebab kecerdasan akal harus
dinahkodai oleh kecerdasan hati,
Salam dan Doa bagimu…
Semoga Bermanfaat
Jangan lupa tinggalkan komentar ya……