Rabu, 24 Februari 2016

Kedai Kopi Vs Kedai Sufi



Kedai Kopi Vs Kedai Sufi

Dengan tersenyum mesam mesem, dan dengan asyik membaca salah satu artikel dari http://www.sufinews.com. Dimana paragraf awal sedikit mengelitik ; 

Bagaimana jadinya kalau kedai kopi menjadi tempat obrolan-obrolan sufistik ? Ya. Tentu kedai itu akan mengubah tradisi kedai sebagai tempat jagongan para berandalan, menjadi sumber kreativitas pikiran- pikiran nakal sufistik. Kedai Sufi adalah kedai yang dihadirkan oleh penulis buku ini, untuk menjadi pelototan mereguk substansi soal hidup yang kentekstual dengan jaman ini



Asyik juga pikirku. Sambil menyeruput secangkir kopi kita membahas sesuatu yang berbeda dari biasanya, keluar dari kungkungan  dan lingkaran ego. Oh ya.. di daerahku banyak bertebaran kedai-kedai kopi baru. Seolah jadi Tren usaha. Semua pada ikutan buka usaha yang sama. Layaknya seperti musim buah. Bila waktunya tiba maka ramai yang jual. Dan kemudian seleksi alam tidak dapat dihindari. Yang kuat yang bertahan. Hehehe.. ini diluar konteks diatas ya... Sebab berbicara SUFI Dimana  Allah SWT adalah segala galanya. Maksudnya yang sederhana Rezeki udah ada yang ngatur. 

Nah.. kembali ke konsep  kedai sufi.. (untuk nama kedai bagus juga) . dimana mengubah tradisi sebuah kedai kopi yang umumnya tempat nongkrongnya para politisi sampai tukang jual kambing. Dan obrolanya berkisar masalah Politik dan bisnis. Maka mengubah konteks obrolan adalah sangat memungkinkan. Sebab tradisi ngobrol sampe pagi udah ada, tinggal siapa yang memulainya.

Sebenarnya kegairahan anak-anak muda yang tergabunga dalam organisasi islam, Majelis majelis Dzikir harusnya memulai langkah ini. Modal yang sudah ada yakni Kebiasan begadang dan minum kopi. Tinggal mengusung tema-tema sufistik. Maka pembicaraan akan mengalir.. sampai adzan subuh. Karna yang saya tau berbicara tasauf itu mengasikan. Sampe sampe lupa waktu.

Bisa juga nggak pake tema-tema segala, biarlah tercetus apa adanya..pokoknya bicara.., Cuma bila tak ada koridor (wasit seperti Pak kyai ataw pak ustad), resiko tergelincir sangat besar.

Indah membayangkan ini.. semoga bias Kedai Sufi dapat mengilhami pembaca budiman. Konsepnya terserah anda. Yang intinya meyebarkan ilmu dan menjadi berkah bagi semua. Sebab kecerdasan akal harus dinahkodai oleh kecerdasan hati, 

Salam dan Doa bagimu…
Semoga Bermanfaat
Jangan lupa tinggalkan komentar ya……



Komentar