Jumat, 26 Februari 2016

Risalatul Murid Habib Abullah al Haddad - 7

Risalatul Murid Habib Abullah al Haddad

12. Roh Ibadat
Ketahuilah, bahwa roh semua ibadat dan maksudnya, ialah menghadirkan diri dihadirat Allah swt. Barangsiapa yang mengerjakan ibadat yang kosong dari menghadirkan diri, maka ibadat itu sia-sia dan tiada berguna. Perumpaan orang yang tiada menghadirkan diri dihadirat Allah Taala didalam peribadatannya, samalah seperti seorang yang menghadiahkan kepada seorang Maharaja barang yang rusak, ataupun sebuat peti yang kosong tiada berisi apa-apa. Bukankah sepatutnya orang ini mendapat siksa dan tidak diberi balasan terhadap hadiahnya?

Keterangan:
“Bab ini tersangat penting bagi semua muslimin, murid dan salik kerana ia berkaitan dengan Ibu Ibadah. Maka perkara ini tidak boleh diambil mudah atau diperkecilkan atau tidak dihiraukan maka akibatnya semua ibadahnya menjadi rosak dan tidak diterima oleh Allah Taala. Segala perbuatan ibadah ketaatan, pengabdian dan segala amal-amal kebajikan akan menjadi sia-sia belaka tetapi apa yang didapati hanya penat lelah dan sangkaan yang salah kerana menganggap diterima ibadahnya.

Risalatul Murid Habib Abullah al Haddad - 6

Risalatul Murid Habib Abullah al Haddad

10. Sembahyang  Tahajjud  Ditengah Malam

Adakan waktu untuk kita bangun bertahajjud ditengah malam, sebab malam itu adalah waktu seorang hamba berkhalwat dengan tuannya. Oleh itu hendaklah kita memperbanyak tadharru’dan istighfar ditengahmalam. Jangan lupa bermunajat kepada Tuhan kita dengan bahasa yangmerendah diri dan berserah diri dengan hati yang penuh yakin tentang kelemahan dan ketidakupayaandiri. Awas, jangan sekali-kali diabaikan bangun ditengahmalam. Jangan sampaiwaktu berjaga malam itu tiba melainkan kamu segera bangun serta berzikir kepada Allah swt.

Keterangan:
“Alhamdulillah, syukur pada Allah Taala yang telah menjadikan malam supaya manusia dapat istirahatkan badan setelah mencari rezki pada siang hari didunia supaya dapat menyehatkan badan untuk meneruskan pencarian rezkiNya yang telah ditaburkan oleh Para Malaikat pada malam hari berikutnya dan keesokan hari.


Risalatul Murid Habib Abullah al Haddad - 5

Risalatul Murid Habib Abullah al Haddad

8. Sentiasa Dalam Taharah
Setiap murid hendaknya sentiasa didalam taharah (wudhu). Setiap kali berhadas, hendaknya segara berwudhu lalu sembahyang dua rakaat. Sekiranya dia mempunyai isteri dan dia bersetubuh, maka hendaklah dia segera mandi janabah (mandi bersih) pada masa itu juga supaya dia tidak terus menerus dalam keadaan junub (kotor).

Keterangan:
“Islam dibangunkan berlandas Kesucian (kebersihan) Jasmani dan Rohani supaya dapat mencapai Akhlak yang Mulia seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah saw dimana setiap murid yang ingin mencapai Akhlak yang Mulia disisi Allah Taala harus mencontohi Rasulullah saw kerana beliau saw senantiasa didalam kebersihan dengan taharah (wudhu). Hikmah taharah (wudhu) sebenarnya adalah sebagai pendinding bagi sesiapa yang bertaharah (berwudhu) dengan sempurna semata-mata untuk Allah Taala kerana selalu merasa ingin mengadap kepadaNya samada didalam Hak Waktu ataupun diluar Hak Waktu. Bila wudhu seseorang sempurna berlandaskan hukum syariat dan sejalan dengan niatnya insyallah maka akan sempurnalah wudhunya. Bila wudhunya benar dan hatinya benar maka insyallah sholatnya benar. Untuk mengetahui samada wudhu dan sholatnya sempurna


Risalatul Murid Habib Abullah al Haddad - 4

Risalatul Murid Habib Abullah al Haddad

5. Mencegah Seluruh Anggota Dari Maksiat

Panduan selanjutnya diharuskan setiap murid untuk berusaha mencegah dirinya dan seluruh anggota dari melakukan maksiat dan dosa. Setiap anggota harus digesa (diajak bersama) untuk  mengerjakan ketaataan semata-mata kepada dan kerana Allah Taala dan tidak mengerakkan  diri dan anggota untuk melakukan sesuatu melainkan perkara itu boleh dan mendatangkan manfaat pada dirinya di Hari Akhirat.

 Keterangan:
“Dari panduan dan nasihat-nasihat yang lalu, dimana setiap salik dan murid harus mengikuti panduan dan nasihat itu sekiranya niat dan tujuan si salik dan murid itu benar, semata-mata inginkan Allah Taala. Maka dari tajuk diatas itu tidak akan ada sesuatu yang boleh mencegah atau menghalang si salik dan murid yang sudah dan akan mengambil dan melaksanakan panduan dan nasihat dari Imam Habib Abdullah Bin Alwi AlHaddad. Oleh kerana niat dan tujuan si salik itu benar maka dengan dorongan kemauan iaitu rahsia ketuhanan yang sudah dicampakkan kedalam hati si salik dan murid maka selaras (kena) pada niat dan tujuan si salik dan murid maka tumbuhlah pergerakkan dan perbuatan untuk membersihkan diri si salik dan murid dengan segera.


Risalatul Murid Habib Abullah al Haddad - 3


Risalatul Murid Habib Abullah al Haddad

3. Memelihara Diri Dari Dosa

Setiap murid harus menjauhkan diri dari melakukan dosa dosa kecil apatah lagi dosa besar seperti menjauhi dari mengambil minuman yang beracun. Hendaklah takut untuk melakukan dosa lebih pada takut dan gentar jika terminum dan termakan racun yang mematikan. Sebab dosa dan maksiat akan mematikan hati seperti racun membinasakan badan.


Keterangan:
“Mengapakah kita boleh dan sanggup melakukan dosa kecil atau dosa besar? Tetapi akan TAKUT bila seseorang memberitahu bahwa makanan ataupun minuman mengandungi racun dan serta merta maka akan menjauhi dari mengambil makanan ataupun minuman itu. Mengapa perkara ini tidak berlaku pada diri kita semasa melakukan dosa kecil ataupun dosa besar? Adakah kerana tidak ada khabar akan perbuatan dosa kecil dan besar akan membinasakan badan dan mendapat siksaan dari Allah Taala? Alasan apa yang hendak diberikan sedangkan, keterangan dari AlQuran sudah dijelaskan. Nabi dan RasulNya sudah mengingatkan. Para Ulama sudah maklumkan dan Para Guru sudah mengkhabarkannya. Yang menjadi masalah pada diri adalah kerana tidak mempunyai perasaan TAKUT PADA ALLAH. Kenapa tidak ada PERASAAN TAKUT PADA ALLAH seperti MENJAUHI MAKANAN ATAU MINUMAN YANG BERACUN? Ini disebabkan oleh tiada Iman (tidak ada kepercayaan kepada hukum Allah Taala). Kerana apa tidak ada kepercayaan? Tidak


Rabu, 24 Februari 2016

Kedai Kopi Vs Kedai Sufi



Kedai Kopi Vs Kedai Sufi

Dengan tersenyum mesam mesem, dan dengan asyik membaca salah satu artikel dari http://www.sufinews.com. Dimana paragraf awal sedikit mengelitik ; 

Bagaimana jadinya kalau kedai kopi menjadi tempat obrolan-obrolan sufistik ? Ya. Tentu kedai itu akan mengubah tradisi kedai sebagai tempat jagongan para berandalan, menjadi sumber kreativitas pikiran- pikiran nakal sufistik. Kedai Sufi adalah kedai yang dihadirkan oleh penulis buku ini, untuk menjadi pelototan mereguk substansi soal hidup yang kentekstual dengan jaman ini


Syeikh Juneid al-Bagdadi

Image ; rumisufi.blogspot.com 
Al-Junayd ibn Muhammad ibn al-Junayd Abu Qâsim al-Qawârîrî al-Khazzâz al-Nahawandî al-Baghdadī al-Shâfī’ī,[1] atau lebih dikenal dengan Al-Junayd Al-Baghdadî, lahir di Nihawand, Persia, tetapi keluarganya bermukim di Baghdad, tempat ia belajar hukum Islam mazhab Imam Syafi’I, dan ahirnya menjadi qadi kepala di Baghdad. Dia mempelajari ilmu fiqih kepada Abu Tsur al-Kalbi yang merupakan murid langsung dari Imam Asy-Syafi'i,


Al-Junayd mempelajari ilmu tasawuf dari pamannya sendiri, Syekh as-Sari as-Saqti hinggap pada ahirnya ketinggian ilmu al-Junayd menjadi dirinya sebagai ulama yang memiliki banyak murid dan pengikut. Demikianlah, bahwa kecintaannya terhdap ilmu tasawuf sangatlah tinggi, hal ini diungkapkannya dengan berkata: “Apabila saya telah mengetahui suatu ilmu yang lebih besar dari Tasawuf, tentulah saya telah pergi mencarinya, sekalipun harus merangkak.”[2]


Sabtu, 20 Februari 2016

Syekh Abu Madyan al-Maghribi


Syekh Abu Madyan al-Maghribi

Syaikh Abu Madyan al-Maghribi r.a berkata,”Jika kau kosong dari rasa rindu, kau pasti tertinggal. Jika kau putus asa, pasti kau kehilangan cinta.” 

Barangkali bagi kita yg menetap di kawasan Asia Tenggara tak banyak mengenal wali besar kawasan Barat yg bernama Abu Madyan tersebut, karena pengaruh Syekh Abdul Qadir Jailani yg hidup sezaman dengannya lebih dominan di sini. Sesungguhnya Abu Madyan adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah Tasawuf yg membentuk lanskap ruhani di kawasan maghribi.

Dalam al-Ma‘azi disebutkan bahwa ia adalah al-Syaikh al-Arif, al-Shiddiq al-Akbar, Abu Madyan Syu‘aib ibn al-Husain al-Anshari. Ia berasal dari Qutniyanah Sevilla. Ia tinggal beberapa lama di Jayy, dan kemudian mengajak para pengikutnya pindah ke Marakis. Ia meninggal dunia sebelum tiba di tempat tujuannya, dan dimakamkan di dekat kota itu pada tahun 580 H. yang lain berpendapat bahwa ia meninggal di lembah dekat Tilmisan yang pernah ia datangi pada 594 H. Sebagian mengatakan ia pernah ke sana pada 588 H. Namun, pendapat pertama lebih populer. Ia dikebumikan di daerah Abad, dekat Tilmisan. Pendapat ini di antaranya dituturkan oleh al-Tadili.


Risalatul Murid Habib Abullah al Haddad - 2

Risalatul Murid Habib Abullah al Haddad

2. Taubat

Langkah pertama yang harus dilalui oleh setiap murid dalam menuju kepada Allah Taala ialah dengan bertaubat kepada Allah Taala dengan sebenar benarnya taubat daripada segala dosa. Jika ada sesuatu hak orang lain dalam simpannya yang telah dizaliminya pada masa lalu, maka haruslah dikembalikan pada pemilik hak jika barangnya masih ada. Jika barangnya sudah tidak ada haruslah diganti dengan lain ataupun dipohon dari pemiliknya untuk dihalalkan. Sebab orang (murid) yang masih bergantung zimmatnya (menanggung hak orang) dengan hak orang lain tidak berkemungkinan dapat menuju ke jalan Allah Taala.

“Habib Abdullah Al Haddad menjelaskan bahwa bertaubat harus dilakukan pada semua murid murid yang ada keinginan untuk menuju kepada Allah swt dengan taubat yang benar, mengandungi maksud “dengan penuh keinsafan dan ikhlas atas taubatnya itu”.


Jumat, 19 Februari 2016

Risalatul Murid Habib Abullah al Haddad

Habib Abullah al Haddad 

Al-Imam Al-’Allamah Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad, di lahirkan di Syubair di salah satu ujung Kota Tarim di provinsi Hadhramaut-Yaman pada tanggal 5 Safar tahun 1044 H.

Di antara karya-karya tulis al-Habib Abdullah adalah: ar-Risalah Adab as-Suluk al-Murid, ar-Risalatul al-Mu’awanah, an-Nafaais al-’Ulwiyah Fi al-Masailis as-Sufiyah, Sabiilul Iddikar, al-Ithaaf as-Saail, at-Tatsbiitul Fuaad, ad-Da’wah at-Taamah, an-Nasaih ad-Diiniyah, dan masih banyak lagi lainnya. Dan termasuk wirid-wirid yang beliau susun diantaranya yang sangat terkenal adalah ‘Ratib Al-Haddad’ yang beliau susun di malam Lailatul Qadr tahun 1071 H.

Risalatul Murid :

1. MasalahThariqat

Dorongan Batin Untuk Menuju Ke Jalan Allah Ketahuilah bahwa jalan permulaan yang ditempuh ialah munculnya semacam dorongan yang kuat didalam hati yang mengerakkan, menarik dan mengajak untuk kita menuju ke jalan Allah Taala dan menuju ke jalan akhirat serta membelakangkan dunia dan membelakangkan segala yang menjadi kebiasaan kita pada mengejar dunia; seperti mengumpul harta dan kekayaan, bersenang lenang mengikuti kehendak syahwat dan hawa nafsu juga bermegah megah dengan keindahan dan kemewahan termasuk keluarga, kaum kerabat, sahabat handai yang dicintai dan lain lain lagi. Dorongan ini merupakan “Rahsia Ketuhanan” yang diberikan ke dalam batin hambaNya samada dengan cara menakutkan atau mengembirakan ataupun dengan cara menimbulkan perasaan rindu kepada ZatNya ataupun juga melalui pertemuan dengan para wali Allah atau ketika mendapat pandangan daripada mereka. Kadang kadang dorongan itu terjadi tanpa ada sesuatu sebab yang tertentu. Bercita cita untuk mendapatkan “dorongan” serupa itu sangat sangat disuruh dan digalakkan. Tetapi bercita cita atau berharap saja untuk meningkat tanpa berusaha dan menetap dipintuNya adalah suatu keputusan yang bodoh. Betapa tidak, bukankah Rasulullah saw pernah bersabda;


Ratib Al-Eydrus

Ratib Al-Eydrus


(Imamil auliyaa-i wa ghautsii akaabir syamsusy syamuus wa muhyin nufuusi Al-Habib Abdullah bin Abu Bakar Al-Eydrus)

Al-Faatihah ilaa hadhrati shaahibi raatib, wa ilaa hadhrati ruuhi Sayyidina wa

Habiibina wa Syafi’ina wa Maulana Musthafa Muhammad SAW. Al-Faatihah…..

Al-Fatihah untuk kehadirat penyusun ratib ini, dan kehadirat ruhnya Tuanku, kekasih kami, dan pemberi syafa’at kami, pemimpin kami, Baginda Nabi Muhammad SAW



(1) Dengan nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. (2) Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam, (3) Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, (4) Pemilik hari pembalasan. (5) Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. (6) Tunjukilah kami jalan yang lurus, (7) (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. Semoga Allah mengabul kan.


Kamis, 18 Februari 2016

RATIB AQIDAH AS SAKRAN


WIRID AQIDAH AS SAKRAN

Al-Arif Billah Habib Ali bin Abubakar As-Sakran



Bismillahirrahmanirrahim

Asy-hadu an-la ilaha illallahu wandahu la syarika lahu, wa asyhadu anna sayyidana Muhammadan `abduhu warasuluh.


Dengan nama Allah, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Aku bersaksi, tidak ada Tuhan selain Allah, yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi, junjungan kami Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.


Amantu billahi wa malaikatihi wa kutubihi wa rusulihi wa bil yawmil akhiri wabil qadari khayrihi wa syarrihi, shadaqallahu wa shadaqa rasuluh, shadaqallahuwashadaqa rusuluh.


Aku beriman kepada Allah dan malaikat-Nya; kitab-kitab-Nya; utusan-utusan-Nya; hari kiamat; dan adanya takdir,baik ataupun jelek.Mahabenar Allah, dan benar pula rasul-Nya.


Komentar