Kamis, 30 Maret 2017

Sayyid Muhammad bin Alawi al Maliki al Hasani - Makkah

Sayyid Prof. Dr. Muhammad ibn Sayyid ‘Alawi ibn Sayyid ‘Abbas ibn Sayyid ‘Abdul ‘Aziz al-Maliki al-Hasani al-Makki al-Asy’ari asy-Syadzili lahir di Makkah pada tahun 1365 H. Pendidikan pertamanya adalah Madrasah Al-Falah, Makkah, dimana ayah beliau Sayyid Alawi bin Abbas al Maliki sebagai guru agama di sekolah tersebut yang juga merangkap sebagai pengajar di halaqah di Haram Makki.

Beliau juga belajar kepada ulama-ulama Makkah terkemuka lainnya, seperti Sayyid Amin Kutbi, Hassan Masshat, Muhammad Nur Sayf, Sa’id Yamani, dan lain-lain. Sayyid Muhammad memperoleh gelar Ph.D-nya dalam Studi Hadits dengan penghargaan tertinggi dari Jami’ al-Azhar di Mesir, pada saat baru berusia dua puluh lima tahun. Beliau kemudian melakukan perjalanan dalam rangka mengejar studi Hadits ke Afrika Utara, Timur Tengah, Turki, Yaman, dan juga anak benua Indo-Pakistan, dan memperoleh sertifikasi mengajar (ijazah) dan sanad dari Imam Habib Ahmad Mashhur al Haddad, Syaikh Hasanayn Makhluf, Ghumari bersaudara dari Marokko, Syekh Dya’uddin Qadiri di Madinah, Maulana Zakariyya Kandihlawi, dan banyak lainnya. Sayyid Muhammmad merupakan pendidik Ahlus Sunnah wal Jama’ah, seorang ‘alim kontemporer dalam ilmu hadits, ‘alim mufassir (penafsir) Qur’an, Fiqh, doktrin (‘aqidah), tasawwuf, dan biografi Nabawi (sirah).

Sabtu, 18 Maret 2017

Aksara Jawa Dan Serat Wirid

Saya ini orang Jawa yang Hilang Jawane, sudah nggak bisa ngomong jawa, tinggal ngerti artinya saja kalo ada orang ngomong, itupun bahasa hari-hari, klo sudah bahasa Kromo yang biasa di pake di Wayang kulit, ampun dah.. nggak ngerti blass. 


Kebetulan lagi browsing Alangalangkumitir, banyak buku bagus tapi nggak tahu artinya, syukur syukur sebagian sudah di terjemahkan ke bahasa indonesia. salah satunya tulisan di bawah ini : 


Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas, Penyusun Ratib Al-Attas Terkenal


Nama beliau adalah Umar bin Abdurrahman bin Agil bin Salim bin Ubaidullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Syeikh al Ghauts Abdurrahman as-Seggaf bin Muhammad Maulah Dawilah bin Ali bin Alawi al Ghoyur bin Sayyidina al Faqih al Muqaddam Muhammad bin Ali binl Imam Muhammad Shahib Mirbath bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidullah bin Imam al Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad an Naqib binl Imam Ali al Uraidhi bin Jaafar as Shadiq binl Imam Muhammad al Baqir binl Imam Ali Zainal Abidin binl Imam Hussein as Sibith binl Imam Ali bin Abi Thalib dan binl Batul Fatimah az-Zahra binti Rasullullah S.A.W.



Biografi / Manaqib Al-Habib Abdullah Bin Alwi Bin Muhammad Al Haddad

Manaqib al-Imam al-Habib ‘Abdullah bin ‘Alwi bin Muhammad al-Haddad رضي الله عنه


Sempena Majelis Haul al-Imam al-Habib ‘Abdullah al-Haddad tahun 1430H, maka ambo ingin berkongsi sekelumit manaqib beliau رضي الله عنه. Manaqib serba ringkas ini sebenarnya dah pun ambo paparkan diblog al-Fanshuri sewaktu menceritakan pengalaman ziarah ke Hadramaut. Cuma yang ini, ambo tambah mana yang kurang. Untuk lebih mengenali beliau رضي الله عنه, bacalah kitab-kitab karangannya.




Selasa, 14 Maret 2017

Amalan Shalawat Bertemu Nabi Muhammad SAW


Di dalam KITAB MAGHNATHISUL QABUL FIL WUSHUL ILAA RU’YATI SAYYIDINAR RASUL SAW (MAGHNATIS: RISALAH METODE BERJUMPA RASULULLAH SAW)
Buah karya dari Sayyid Hasan Muhammad syiddad ba Umar. Pengantar kitab ini adalah Habib Abdurrahman bin Syech Al-Atthas, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Masyhad, Sukabumi.. Kitab yang sangat bagus karena diberi sambutan / referensi oleh beberapa Ulama besar.

Diantaranya:
Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Asseqaf, Al-Habib Ahmad Masyhur Al-Haddad, Al-Habib Abu Bakar bin Ali Al-Masyhur, Al-Habib Hasyim Al-Idrus, Al-Habib Abdul Qadir Jilani bin Salim Al-Khird, As-Sayyid Abdurrahman bin Ahmad Al-Kaff, As-Sayyid Ali bin Abdullah bin Husein Asseqqaf, As-Sayyid Muhammad bin said bin Al-Baidh, As-Syekh Husein Shaleh Al-Masibily, As-Syekh Abdur Rahiim Syekh Ali Musa, As-Syekh Abdullah Sirajuddin, As-Syekh Musa Abduh Yusuf, As-Syekh Shaleh Al-Syekh Al-Abbassy, As-Syekh Ahmad Al-Badawi bin Usman Al-Barawy

Senin, 13 Maret 2017

Al-Husain bin Manshur al-Hallaj


Abad ketiga hijriyah merupakan abad yang paling monumental dalam sejarah teologi dan tasawuf. Lantaran, pada abad itu cahaya Sufi benar-benar bersinar terang. Para Sufi seperti Siri as-Saqathy, Al-Harits al-Muhasiby, Ma’ruf al-Karkhy, Abul Qasim al-Junaid al-Baghdady, Sahl bin Abdullah at-Tustary, Ibrahim al-Khawwash, Al-Husain bin Manshur al-Hallaj, Abu Bakr asy-Syibly dan ratusan Sufi lainya.

Di tengah pergolakan intelektual, filsafat, politik dan peradaban Islam ketika itu, tiba-tiba muncul sosok agung yang dinilai sangat kontroversial oleh kalangan fuqaha’, politikal dan kalangan Islam formal ketika itu. Bahkan sebagian kaum Sufi pun ada yang kontra. Yaitu sosok Al-Husain bin Mansur Al-Hallaj. Sosok yang kelak berpengaruh dalam peradaban teosofi Islam, sekaligus menjadi watak misteri dalam sejarah Tasawuf Islam.

Minggu, 12 Maret 2017

Abu Yazid Al Busthami

“Aku memandang diriku sendiri dan merenungi rahsia serta hakikat diri ini. Cahaya diriku adalah kegelapan jika dibandingkan dengan Cahaya-Nya, kebesaran diriku sangat kecil jika dibandingkan dengan kebesaran-Nya, kemuliaan diriku hanyalah kesombongan yang sia-sia jika dibandingkan dengan kemuliaan-Nya. Di dalam Allah segalanya suci sedang didalam diriku segalanya kotor dan tercemar.”

Abu Yazid Thoifur bin Isa bin Surusyan al-Busthami, lahir di Bustham terletak di bahagian timur Laut Persi. Meninggal di Bustham pada tahun 261 H/874 M. Beliau merupakan salah seorang Sultan Aulia, yang juga sebagai salah satu Syeikh yang ada dalam silasilah dalam thoriqoh Sadziliyah dan beberapa thoriqoh yang lain. Abang Abu Yazid merupakan penganut agama Zoroaster. Ayahnya adalah salah satu di antara orang-orang terkemuka di Bustham. 

Sabtu, 11 Maret 2017

Pelita Nubuwah - Syeikh Husain Manshur al-Hallaj

Tha'sin Al Siraj (Pelita Nubuwah Nabi Muhammad SAW)

Sang Pelita (As-Siroj) tampak dan tercerah dari Cahaya Keghaiban,ia terpancar dan (tampak) kembali, dan melampaui pelita-pelita lain.Ia rembulan yang cerlang, yang menampakkan kecemerlangannya lebih dari bulan-bulan lain. Ia bintang yang graha perbintangannya di Langit ‘Azaly. Allah menyebutnya ‘ummi (awam) atas dasar keterpusatan aspirasinya,juga harami (suci) disebabkan kelimpahan syafa’atnya, dan makki (pusat) karena kedekatannya di Hadirat-Nya.

Dia (Allah) lapangkan dadanya, Dia tingkatkan kekuatannya, dan mengangkatnya dari beban “yang memberati punggungnya” (Q. 94: 2-3) serta Dia tetapkan kewenangannya. Sebagaimana Allah membuat ‘Badr’-nya terpancar, demikianlah purnamanya muncul dari awan Yamamah, mentarinya terbit di bukit Tihamah [Makkah],dan pelitanya bersinar gemerlap dari sumur Karomah (Zamzam).

Jumat, 10 Maret 2017

Sejarah Munculnya Tarekat / Tasawuf

Tarekat, Tasawuf dan Tipologinya


gambar dari 
Peralihan tasawuf yang bersifat personal kepada tarekat yang bersifat lembaga tidak terlepas dari perkembangan dan perluasan tasawuf itu sendiri. Semakin luas pengaruh tasawuf, maka semakin banyak pula orang yang berhasrat mempelajarinya. Untuk itu, mereka menemui orang yang memiliki pengetahuan tasawuf yang dapat menuntun mereka. Sebab, belajar dari seorang guru dengan metode mengajar yang disusun berdasarkan pengalaman dakan suatu ilmu yang bersifat praktikal merupakan suatu keharusan bagi mereka. Seorang guru tasawuf biasanya memformulasikan suatu sistem pengajaran tasawuf berdasarkan pengalamannya sendiri. Sistem pengajaran itulah yang kemudian menjadi ciri khas bagi suatu tarekat yang membedakannya dari tarekat yang lain. 

Komentar